Hebron Ziarah Di Kota Tiga Nabi



MASJID IBRAHIM DI KOTA HEBRON JERUSALEM

Hebron adalah nama lain dari al-Khalil, yaitu nama yang disematkan pada Nabi Ibrahim AS. Hebron terkadang disebut pula dengan nama Hebrew. Kota ini terletak di Tepi Barat, Palestina. Ia merupakan salah satu kota terbesar di Tepi Barat, atau sekitar 30 kilometer di selatan Jerusalem.

Hebron merupakan salah satu pusat perdagangan di Tepi Barat. Di wilayah ini banyak diperdagangkan berbagai kebutuhan sehar-hari, seperti anggur, buah ara, kapur, tembikar, dan susu. Kota ini juga  ramai di kunjungi. Sebab, di kota ini terdapat makam Nabi Ibrahim AS dan istrinya, Siti Sarah. Terdapat juga makam Nabi Ishak AS dan istrinya Ribka serta Nabi Ya'kub AS beserta istrinya Leah. Karenanya, Hebron merupakan salah satu kota suci bagi Yahudi.

Interior Masjid Ibrahim 

Di sana terdapat sebuah bangunan yang sangat indah, berbentuk persegi empat. Dikenal dengan  Masjid Ibrahim (Al-Haram Al-Khalil). Di sekitar bangunan tersebut, terdapat perkampungan yang sangat maju dalam bidang pertanian dan perkebunan. Ada banyak kebun anggur, apel, dan lainnya.

Atap Masjid Ibrahim 

Di dalam Masjid Ibrahim terdapat makam Nabi Ibrahim AS dan istrinya Siti Sarah, Nabi Ishak AS dan istrinya Ribka, Nabi Ya'kub AS dan istrinya Leah. Tepatnya berada di bawah lantai Masjid Ibrahimi yang disebut Gua Para Leluhur (Machpelah). Karena itulah, kaum Yahudi menganggap suci kota ini.

Makam Nabi Ibrahim AS

Setiap makam memiliki bentuk yang berbeda antara makam laki-laki dan makam perempuan. Makam laki-laki berbentuk segi delapan (octagonal) dan persegi enam adalah makam perempuan, seperti makamnya Sarah dan Leah.

Pada era Isa al-Masih AS, di pemakaman ini dibangun sebuah tembok yang mengelilinginya dan kawasan ini dinamakan dengan Kampung Rumah Ibrahim al-Khalil. Tak salah bila Kota Hebron ini disebut dengan Kota Tiga Nabi, yakni Nabi Ibrahim AS, Ishak AS, dan Ya'kub AS.
 
HEBRON PADA MASA PEMERINTAH ISLAM

Kota Hebron masuk dalam wilayah pemerintahan Islam di zaman Khalifah Umar bin Khattab. Yakni, sekitar tahun 638 M. Pemerintahan Islam berhasil memasuki Kota Hebron tanpa perlawanan

Selama masa itu, kehidupan masyarakat berjalan damai dan tenteram. Bahkan, pusat perdagangan berkembag pesat. Khususnya dengan orang Badui di Tanah Nageb dan penduduk di sebelah timur dari Laut Mati. Ahli geografi Jerusalem, George A Makdisi, menggambarkan keindahan kota itu pada tahun 985 M.

Pada masa pemerintahan Mamluk dan Ayyubiyah, wilayah Hebron berganti nama menjadi al-Khalil. Nama ini diberikan oleh Shalahuddin al-Ayyubi setelah ia merebut kota tersebut pada tahun 1.187 M. Kemudian pemerintahan Ayyubiyah digantikan oleh kekuasaan Turki Usmani.

Di masa inilah, dikeluarkan dekrit yang melarang orang Kristen dan Yahudi memasuki kota itu. Dan hingga pertengahan abad ke-14, dekrit tersebut berakhir dengan diberikannya kesempatan kepada semua orang untuk memasukinya, termasuk kompleks perkampungan al-Khalil.

Wallahu'alam bissawab

Masjid Kubah Batu (Qubbat As-Sakhrah) di Jerusalem



MASJID KUBAH BATU (QUBBAT AS-SAKHRAH)

Qubbat As-Sakhrah atau “Dome of the Rock” atau lebih dikenali sebagai Masjid Kubah Kuning adalah bangunan islam yang tercantik di dunia. Didalamnya terdapat sebuah batu besar yang dikatakan tempat berdirinya Rasulullah SAW hendak naik ke langit di dalam peristiwa Israk dan Mikraj.

Masjid Qubbat As Sakhrah yang terletak di sudut paling selatan kawasan Haram Asy-Syarif ini telah dibangun oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 638 Masehi. (Baca : Sejarah Masjid Al Aqsa di Jerusalem)

Di sisi bawah Masjid Qubbat As Sakhrah merupakan Tembok Ratapan

Jika kita menghadap masjid ini, di sebelah kanan ada dinding yang menurun ke bawah. Inilah tembok Al Buraq atau Tembok Ratapan yaitu tempat yang dikatakan suci oleh orang Yahudi. Orang Yahudi dan Kristian tidak dibenarkan berada di kawasan Haram Al-Sharif ini kecuali beberapa hari tertentu dalam setahun.

Di sisi utara Masjid Qubbat As Sakhrah adalah Masjid Al Aqsa

Jarak antara Masjid Qubbat As Sakhrah dan Masjid Al-Aqsa adalah kira-kira 50-100 meter. Ketika memasuki kawasan tanah suci, anda terpaksa diperiksa oleh askar Yahudi. Namun patut dipahamkan, askar tersebut  untuk menghalang kemasukkan orang Kristian atau Yahudi ke kawasan suci orang Islam. Pernah terdapat peristiwa oleh kaum yahudi yang mencoba membakar Masjid Al-Aqsa.

PENAKLUKAN BAITULMUQADDIS

Pada tahun 638 Masehi, selepas beberapa tahun kewafatan Nabi Muhammad SAW, tentera Islam mengepung Baitulmuqaddis. Ketua Gereja Baitulmuqaddis, Monofisit Sophronius, menyerahkan kota itu selepas kepungan yang singkat.

Saidina Umar bin Khattab memasuki Baitulmuqaddis dengan berjalan. Tidak ada pertumpahan darah dan tidak ada pembunuhan oleh tentera Islam. Siapa pun yang ingin meninggalkan Baitulmuqaddis dengan segala harta benda mereka, dibenarkan berbuat demikian. Siapa pun yang ingin terus tinggal, akan dijamin keselamatan nyawa, harta benda, dan tempat beribadat mereka. Semua ini terkandung dalam Perjanjian Umariyya.

Saidina Umar bin Khattab kemudian menemani Sophronious ke gereja Church of the Holy Sepulchre yang mana Saidina Umar bin Khattab ditawarkan shalat di dalamnya. Saidina Umar bin Khattab menolak, takut akan timbulnya prasangka. Saidina Umar bin Khattab sebaliknya menunaikan shalat di sebelah selatan gereja tersebut yang kini merupakan Masjid Umar di Baitulmuqaddis.

Saidina Umar bin Khattab kemudian meminta supaya dibawa ke tempat Masjid Al-Aqsa dengan ditemani beratus-ratus orang Islam. Saidina Umar bin Khattab mendapati tempat itu dipenuhi dengan debu dan sampah karena telah ditinggalkan beratus tahun sejak dimusnahkan oleh tentera Romawi. Saidina Umar bin Khattab terus mengarahkan supaya tempat itu dibersihkan dengan serta-merta. Sebuah masjid yang dibuat dari kayu didirikan pada masa Saidina Umar bin Khattab di sebelah paling selatan Masjid Al-Aqsa Al Haram Al Sharif.

PEMBESARAN MASJID QUBBAT AS-SAKHRAH

Sekitar tahun 690 Masehi, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Kerajaan Islam Bani Umayyah telah membina dan membesarkan masjid ini.

Khalifah Abdul Malik bin Marwan ketika hendak membangun Qubbat As-Sakhrah, dia ingin tahu pendapat rakyatnya Dia menulis kepada rakyatnya, bahwa “Abdul Malik bin Marwan berkehendak untuk membangun sebuah kubah di atas As-Sakhrah (Batu) untuk melindungi orang Muslim dari panas dan sejuk”. 

Dan rakyatnya pun menyetujui dan membalasnya dengan doa, "Semoga Allah SWT membenarkan proyek ini, dan semoga Allah SWT merestui pembangunan Masjid dan Kubah ini dan memberi rahmat kepada Abdul Malik bin Marwan dan para penggantinya." Setelah mendapat persetujuan dari rakyat, Khalifah Abdul Malik bin Marwan kemudian mengumpulkan tukang-tukang dari semua wilayah kekuasaannya dan meminta mereka untuk menyediakan deskripsinya dan bentuk perancangan kubah”

Kemudian masjid ini yang pada awalnya dikenali sebagai Masjid Umar telah ditukarkan namanya kepada "Dome of The Rock" atau Masjid Qubbat As-Sakhrah dan nama ini kekal dipakai hingga hari ini .

Masjid Qubbat As-Sakhrah "Dome of the Rock"

Sesungguhnya Masjid Qubbat As-Sakhrah dan kawasan sekitarnya merupakan kawasan tanah suci karena masih termasuk di dalam kawasan Al Haram Al Sharif. Keistimewaan Masjid Qubbat As-Sakhrah telah menjadikan bangunan ini sebagai simbol utama bagi Kota Suci Baitulmuqaddis.

Wallahu'alam bissawab.

Tembok Al-Buraq / Tembok Ratapan Di Jerusalem



TEMBOK AL BURAQ / TEMBOK RATAPAN

Tembok Al-Buraq, merupakan satu bahagian dari dinding atau tembok sebelah barat Masjid Al-Aqsa yang terletak antara Pintu Magharibah di sebelah selatan dan Madrasah Tankaziah (the Syariah Courts) di sebelah utara. Panjangnya ialah 50 meter dan ketingiannya kurang dari 20 meter. 

Ia dikenal dengan nama Tembok Al-Buraq karena Nabi Muhammad SAW mengikat Buraq di tembok tersebut pada peristiwa Isra' dan Mi'raj. Bagi umat Islam, dinding itu merupakan bagian dari dasar Masjid Al-Aqsha dan Masjid Umar (Qubbat As-Sakhrah/Dome of The Rock).

Tembok Al-Buraq / Tembok Ratapan Sisi Barat Masjid Al Aqsa

Tembok Al-Buraq dikenal orang Yahudi sebagai Tembok Ratapan. Orang Yahudi percaya, di tembok itu ada “Shekhinah” (kehadiran Ilahi). Menurut keyakinan Yahudi, berdoa di situ sama dengan berdoa kepada Tuhan.

Kaum Yahudi Berdoa di Tembok Ratapan

Kaum Yahudi kini berdoa di sana dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain mengucapkan doa-doa, mereka juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu.

Dinding ini dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya, mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan.

Sebuah studi Otoritas Palestina menyatakan kaum Yahudi tidak punya hak atas Tembok Barat (Western Wall) atau “Tembok Ratapan” di Jerusalem.  Penelitian itu ditulis oleh Al-Mutawakel Taha, seorang pejabat senior Kementerian Informasi Palestina di Ramallah. Ditegaskan, Tembok Barat yang disebut juga sebagai “Tembok Al-Buraq” merupakan bagian integral dari Masjid Al-Aqsa dan selalu milik kaum Muslim.

“Tembok ini tidak pernah menjadi bagian dari yang disebut Temple Mount,” tulis Taha. “Tembok Barat itu milik umat Islam dan tidak pernah ada batu di dalamnya yang disebut-sebut peninggakan era Nabi Sulaiman AS. Kepercayaan kaum Yahudi tidak memiliki koneksi ke tembok ini,” jelasnya.

Taha mengatakan, klaim kepemilikan Yahudi atas Tembok Barat itu palsu dan tidak benar. Menurutnya, di bawah pemerintahan Kerajaan Islam di Al-Quds, kaum Yahudi dibenarkan untuk berdoa di tembok tersebut atas dasar toleransi agama. (Baca : Sejarah Masjid Al Aqsha Di Jerusalem)

Wallahu'alam bissawab.

Brosur Arminareka Perdana 2013




Pendaftaran Haji Plus dan Umroh 
Silahkan Hubungi / SMS Anisa, MSi :
031 7111 3345 (FLEXI), 081 332 998866 (SIMPATI),
 08585 268 5353 (INDOSAT), 0817 036026 06 (XL),
 08383 066 3309 (AXIS), 031 9252 8200 (ESIA)

Sejarah Masjid Al-Aqsa Di Jerusalem



SEJARAH MASJID AL-AQSA DI JERUSALEM

Masjid Al-Aqsa, juga ditulis Al-Aqsha di dalam bahasa Arab bermakna "masjid terjauh" adalah salah satu tempat suci agama Islam yang menjadi bagian dari kompleks bangunan suci di Kota Lama Jerusalem (Jerusalem Timur). Kompleks tempat masjid ini (di dalamnya juga termasuk Kubah Batu) dikenal oleh umat Islam dengan sebutan Al-Haram Asy-Syarif atau "tanah suci yang mulia". Tempat ini oleh umat Yahudi dan Kristen dikenal pula dengan sebutan Bait Suci (Temple Mount), suatu tempat paling suci agama Yahudi yang umumnya dipercaya merupakan tempat Bait Pertama dan Bait Kedua dahulu pernah berdiri.

Dalam peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini setelah sebelumnya dibawa dari Masjid Al-Haram di Makkah ke Al-Aqsa. Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun kesembilan (620 M) dari penyebaran Islam oleh Nabi Muhammad SAW. Di malam yang hening, dengan didampingi Malaikat Jibril, Nabi Muhammad SAW lantas singgah di Al Aqsha dalam perjalanan Isra Miraj untuk menerima perintah shalat. Masjid itu juga adalah bagian dari awal sejarah dimulainya penyebaran agama Islam

Peristiwa Isra' Mi'raj tertuang dalam Al-Qur'an sebagaimana Firman Allah SWT: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Isra : 1)

Ayat di atas adalah bukti kesucian Masjid Al-Aqsa dan Jerusalem, kota tempat masjid itu didirikan sebagai tempat yang disucikan bagi umat Islam sedunia, sebagaimana Makkah yang disucikan karena terdapat Baitullah atau Ka’bah di dalamnya.

Masjid Al Aqsha secara luas dianggap sebagai tempat suci ketiga oleh umat Islam tercatat sebagai salah satu masjid tertua dan memiliki nilai religius tinggi bagi umat Muslim. Nabi Muhammad SAW bersabda : Tidak boleh bersusah payah mengadakan perjalanan kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsa.  (HR. Bukhari no: 1189.)

Sejarah bahkan mencatat, masjid agung tersebut merupakan kiblat pertama sebelum kemudian berganti ke Ka’bah. Terdapat beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, yang menegaskan bahwa selama Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat berada di Madinah, mereka melaksanakan shalat dengan berkiblat ke Masjid Al Aqsha.

Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab waktu dhuhur, ketika Nabi Muhammad SAW tengah menunaikan shalat di masjid di Madinah, turunlah firman Allah SWT yang memerintahkan umat Muslim agar memalingkan wajah (berkiblat) ke Masjidilharam. Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut : “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.  (QS Al Baqarah : 144)

Padahal, ketika turun wahyu tersebut shalat telah berlangsung dua rakaat. Maka begitu mendengar wahyu tersebut, serta merta Rasulullah SAW dan para shahabat langsung memindahkan arah kiblatnya atau memutar arah 180 derajat. Dan peristiwa perpindahan kiblat itu dilakukan sama sekali tanpa membatalkan shalat. Juga tidak dengan mengulangi shalat dua rakaat sebelumnya. Ayat itu sendiri adalah ayat yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yang telah lama mengharapkan dipindahkannya kiblat dari Masjidil Al Aqsa ke Masjidil Haram.

Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini dinamakan Masjid Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua. (Baca: Sejarah Masjid Qiblatain Madinah). Pada awalnya, kiblat shalat untuk semua Nabi adalah Baitullah di Makkah yang dibangun pada masa Nabi Adam AS (Baca : Sejarah Pembangunan Ka’bah). Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.. (QS. Ali Imran : 96).

Setelah Nabi Adam AS turun ke bumi, atas arahan Allah SWT, Nabi Adam AS membina rumah ibadah yg pertama di bumi yaitu K’abah lalu bertawaf mengelilinginya. Kemudian, Nabi Adam AS mendirikan Al-Aqsa 40 tahun kemudian. (Baca : Siapakah Yang Membangun Masjid Al –Aqsa). Adapun Nabi Ibrahim AS hanya membangunkan kembali (renofasi) tapaknya yang telah roboh akibat faktor cauca.

Menurut Sejarah of Al Aqsa Mosque karya Kais Al Khalby, Al Aqsa inilah digunakan sebagai tempat bersujud bagi Nabi Ibrahim AS, Siti Sarah, Nabi Ishak AS dan anak turunnya yang menghuni Jerusalem. Disebut juga sebagai Baitul Maqdis/Beteyel/Holy Shrine.

Pasca kelaparan di era Nabi Yusuf AS, keluarga Nabi Yakub AS meninggalkan Baitul Maqdis untuk mengadu peruntungan di Mesir, dan meninggalkan urusan rumah Tuhan kepada suku asli Jerusalem yang kemudian dikenal sebagai suku Filistin. Hampir 400 tahun sejak loss connection antara bangsa Israel dengan Baitul Maqdis dan orang - orang Palestina. Sampai Nabi Musa AS menyelamatkan mereka dari perbudakan Fir’aun dan membawa mereka ke tanah yang dijanjikan.

Dua kurun kemudian Nabi Daud AS memimpin kaum Bani Israel menjadikan Jerusalem sebagai pusatnya. Nabi Sulaiman AS kemudiannya mewarisi takhta Nabi Daud AS dan membina rumah ibadat di kawasan suci ini. Kota ini pernah ditawan dan diperintah oleh terlalu banyak kerajaan dan kuasa – inilah yang menyebabkan bumi As-Syahid ini begitu ‘kaya’ dengan sejarah.

Di masa Nabi Sulaiman AS inilah dibangun sebuah “Masjid” lagi untuk menyembah Tuhan yang mereka sebut sebagai Kuil Sulaiman. Mengingat tempatnya yang lagi-lagi bertempat di Baitul Maqdis sangat mungkin jika Kuil Sulaiman sendiri adalah pemugaran terhadap Masjidil Aqsa yang dibangun Nabi Ibrahim AS.

Di tahun 638 Masehi, Kekhalifahan Islam membentangkan kekuasaannya hingga Jerusalem.  Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab menandatangani kesepakatan dengan Patriakh Kristen Monofisit Sophronius untuk meyakinkan dia bahwa tempat-tempat suci dan umat Kristen Jerusalem akan dilindungi di bawah kekuasaan orang Muslim.  

Di tengah-tengah kawasan ini, terdapat batu di mana berpijaknya Nabi Muhammad SAW ketika peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Di sudut paling selatan kawasan Haram Asy-Syarif (The Noble Sanctuary) ini, terdapat sebuah masjid yang dikenali sebagai Masjid Kubah Kuning (Dome of the rock). Dikenali juga sebagai Masjid Umar merupakan bangunan kayu persegi yang dibangun di atas sisa-sisa bangunan yang dapat menampung 3.000 jamaah. Umar bin Khattab membangun dari Batu Fondasi di Bukit Bait, yang sebelumnya telah ia bersihkan untuk mempersiapkan bangunan masjid. 

Sekitar tahun 690 Masehi, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Umayyah mempersiapkan pembangunan Kubah Shakhrah (Dome oh the Rock).  Kemudian diikuti dengan pembangunan Masjidil Aqsha yang selesai pada tahun 710 Masehi. Hal ini antara lain berkaitan dengan bertambahnya jumlah jamaah tanpa mengubah bentuk dasar bangunan yang telah berusia sekitar 13 abad. Demikianlah hingga membuat Masjid Al-Aqsa selalu dimuliakan oleh segenap umat Islam.

Kubah Shakhrah (Dome oh the Rock)
Kubah Shakhrah (Dome oh the Rock) inilah yang kemudian diperkenalkan oleh Israel kepada dunia internasional sebagai Masjid Al-Aqsa untuk menipu umat Islam dunia, dan menjauhkannya dari pengetahuan dan pengawasan kaum Muslimin. Kubah ini letaknya di dalam wilayah yang sama dengan Masjid Al-Aqsa atau di area Al-Haram Asy-Syarif.

Tujuan utama media Yahudi menyamarkan Masjid Sakhra (Dome of the Rock) sebagai Masjid Al-Aqsa adalah agar Yahudi bisa menghancurkan Al Aqsa dan membangun “Solomon Temple” (Kuil Sulaiman) pada bekas reruntuhan Al Aqsa.  Umat Yahudi meyakini dalam Kitab Perjanjian Lama (Taurat) bahwa akan datang di akhir zaman seorang yang mereka anggap sebagai dewa penolong Yahudi yang dinamakan “Messiah” (Al Masih, dalam bahasa Arab) apabila mereka mengadakan ritual agama di Solomon Temple dengan mempersembahkan sapi betina berwarna merah (QS. Al Baqarah).

Wallahu'alam bissawab.

Siapakah Yang Membangun Masjid Al Aqsa ?



SIAPAKAH YANG MEMBANGUN
MASJID AL AQSA ??

Dalam sebuah hadits disebutkan “Dari Abu Dzar Al-Gifari radhiallahu anhu, ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang masjid yang pertama kali dibangun? Maka Rasulullah SAW menjawab: “Masjid Al Haram” Kemudian aku bertanya lagi: Kemudian masjid apa lagi? Rasulullah SAW menjawab:“Masjid Al Aqsha” Aku bertanya kepada Rasulullah SAW: Berapa jarak antara keduanya? Rasulullah SAW menjawab: “Empat puluh tahun. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6/315-317,359), Muslim (2/63), An-Nasai (1/112), Ibnu Majah (1/254), Al-Baihaqi (2/434), Ath-Thayalisi (hal. 62 no. 462) dan Ahmad (5/150,156,157,160,166)

Dari hadits ini dapatlah kita peroleh keterangan bahwa Masjid Al-Aqsa dibangun setelah Masjid Al-Haram berselang waktu 40 tahun. Ketua Lembaga Takmir Masjid PBNU Ustadz Mukhlas Syarkun membenarkan Masjid Al Aqsa merupakan salah satu masjid pertama di dunia. Menurut dia, di tempat ini para nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW telah menorehkan beragam kisah. Di antaranya adalah tempat di mana Nabi Zakariya AS bermunajat memohon diberi putra walaupun sudah usia tua. Allah SWT pun kemudian mengabulkan doanya dengan memberi putra bernama Nabi Yahya AS. Masjid Al Aqsa juga merupakan tempat iktikaf (berdiam diri di dalam masjid) Siti Maryam, ibu Nabi Isa AS.

Ketika membahas masalah Al-Aqsha dari sisi sejarah, maka untuk pertama kali kita membutuhkan jawaban, siapa yang membangun Masjid Al-Aqsha ?

Masalah ini menjadi perbincangan diantara para ilmuwan dan sejarawan muslim. Mereka mengetengahkan sejumlah dalil dan bukti-bukti dan penelitian terhadap hadits-hadits yang berbicara tentang Masjid Al-Aqsha.

Setidaknya ada tiga pendapat mengenai hal ini,
1. Malaikat
2. Nabi Adam AS
3. Nabi Ibrahim AS

Namun pendapat pertama yang menyatakan, bahwa para malaikat yang membangun Masjid Al-Aqsha dilemahkan oleh para ulama. Mereka lebih condong bahwa yang membangun Masjid Al-Aqsha adalah seorang manusia, bukan para malaikat. Karena para malaikat mempunyai rumah sendiri dan membangunya di langit, yaitu Baitul Makmur sebagai ganti Ka’bah di bumi. (Baca : Siapakah yang Pertama Kali Tawaf di Baitullah?)

Oleh karena itu, kami menghindari pendapat pertama ini dan kembali mengkaji pendapat kedua dan ketiga. Yaitu Nabi Adam AS dan Nabi Ibrahim AS.

Pendapat pertama menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS yang membangun Masjid Al-Aqsa, kerana yang membangun Ka'bah adalah Nabi Ibrahim AS. Dan jarak antara keduanya sangat dekat yaitu selang 40 tahun. Sementara itu Nabi Ibrahim AS tinggal di Baitul Maqdis (Palestin) sementara dalam sejarah disebutkan, Nabi Ibrahim AS masuk Masjid Al-Aqsa dan shalat di dalamnya serta bertemu dengan Raja Kaum Yabus yang sholeh, "Raja Jujur"

Allah Ta’ala berfirman “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. AL Baqarah : 128)

Ayat ini menunjukan bahwa Nabi Ibrahim AS ketika membangun Ka’bah beliau tidak membangun dari awal, tetapi meninggikan bangunan yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian Nabi Ibrahim AS hanya merenovasi saja atau memperbaharui yang sudah ada, bukan membuatnya dari tidak ada. Hal ini membuktikan bahwa Ka’bah sudah ada sebelum Nabi Ibrahim AS.  

Apalagi kalau kita membaca kisah Nabi Ismail AS ketika ditinggalkan bersama ibunya di padang Makkah : “Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”. (QS. Ibrahim : 37)

Nabi Ibrahim AS menamakan lembah Makkah dengan Baitul Atiq al-Muharram. Menunjukan bahwa Ka’bah sudah ada pada saat itu yang menyaksikan kelahiran anaknya Nabi Ismail AS. Dan diketahui bersama bahwa Nabi Ismail AS bersama ayahnya membangun Baitullah Al-Haram. Dengan demikian, gugurlah pihak yang berdalil dengan ayat-ayat AL Qur’an bahwa yang membangun Masjid Al-Aqsha adalah Nabi Ibrahim AS dan menegaskan bahwa Masjid Al-Aqsha dibangun sebelumnya. Maka kuatlah yang mengatakan bahwa yang membangun Masjid Al-Aqsha adalah Nabi Adam as.   

Setelah Nabi Adam AS turun ke bumi, atas arahan Allah SWT, Nabi Adam AS membina rumah ibadah yg pertama di bumi iaitu K’abah lalu bertawaf mengelilinginya berdasarkan batas yang ditetapkan. Kemudian, Nabi Adam AS mendirikan Al-Aqsa 40 tahun kemudian (menurut hadits tadi). Adapun Nabi Ibrahim AS hanya membangunkan kembali (renofasi) yang telah roboh akibat faktor cauca.  

Kemudian dalam makalah Dosen fakultas teknik Universitas Nasional Al-Najah, DR. Haitsam Rutut yang dicetak majalah Kajian Baitul Maqdis terbitan tahun 2005, Rutut mengungkapkan ada kesamaan antara bangunan Ka’bah dan bangunan Masjid Al-Aqsha. Dengan bantuan program teknik tiga dimensi dan dengan melupakan jarak antara keduanya.  


Kesamaan Ka'bah dan Masjid Al Aqsha

DR. Haitsam Rutut menjelaskan, ada kesamaan antara kedua bangunan ini, ditinjau dari ke empat sudutnya. Ia menjelaskan hal tersebut dengan bantuan denah dan gambar. Bukti-bukti secara ilmiah ini mendukung pendapat yang menyatakan, Masjid Al-Aqsha. Nabi Adam AS lah yang membangun kedua masjid ini berdasarkan wahyu dari Allah SWT, dengan batas-batasnya. Inilah batas-batas yang dipelihara hingga kini atas Masjid Al-Aqsha seluas 142-144 hektar.

Kemiripin Teknik bangunan antara Masjid Al-Aqsha yang asli sebelum perluasan pada zaman Bani Umayah dengan bangunan Ka’bah  dengan bentuknya yang asli yang dibangun oleh Abdullah bin Zubair mengutip keterangan Rasulullah SAW yang menyebutkan tentang bentuk Ka’bah pada zaman Nabi Ibrahim AS. (Baca : Sejarah Pembangunan Ka’bah)

Al-Aqsa mempunyai persamaan dengan Ka’bah. Ia dibangun oleh orang yang sama yaitu Nabi Adam AS, Jika dibesarkan, Ka’bah didapati bentuk pondasi yang sama dengan batas Al-Aqsa. Di setiap sudutnya adalah sama.

Wallahu'alam bissawab.

City Tour Madinah : Ziarah ke Makam Baqi' Al-Gharqad Madinah



MAKAM BAQI' AL-GHARQAD MADINAH

Baqi’ adalah nama suatu komplek pekuburan di dalam wilayah Kota Madinah yang terletak sekitar 30 meter di sebelah timur Masjid Nabawi.Dalam bahasa Arab, Baqi’ berarti tanah yang luas dan ditumbuhi oleh pepohonan. Tempat di mana terdapat tunggul berbagai jenis pohon. Dari arti itulah dinamakan Baqi’ Al-Gharqad. Al-Gharqad adalah pohon berduri yang sangat besar.Tanah ini terdiri dari tanah lembut dan tidak berbatu, sehingga cocok untuk dijadikan sebagai pekuburan.

Sejak zaman jahiliyah, Baqi’ telah berfungsi sebagai tempat pemakaman jenazah penduduk Madinah (Yatsrib). Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, tempat itu dijadikan sebagai pemakaman umum penduduk Madinah. Jamaah haji yang meninggal dunia di Madinah pun dimakamkan di pekuburan Baqi’ ini.

Areal pemakaman Baqi’ sangat terkenal di kalangan kaum Muslimin dan sering diziarahi, terutama oleh jamaah haji dan umrah yang sempat berkunjung ke sana. Hal ini karena di pemakaman tersebut dimakamkan sekitar 10.000 orang sahabat dan keluarga Nabi Muhammad SAW.


Makam Baqi Tampak Atas
Di antara para sahabat utama yang dimakamkan di sini ialah Utsman bin Affan (khalifah yang ketiga), Abbas bin Abdul Muthalib (paman kandung Nabi Muhammad SAW), dan sebagian dari syuhada yang gugur pada perang Badar dan Uhud.

Sedangkan di antara keluarga  Nabi Muhammad SAW  yang dimakamkan di sini ialah para istri  Nabi Muhammad SAW  seperti Siti Aisyah binti Abu Bakar, Ummu Salamah, Juwairiyah, Zainab, Hafsah binti Umar bin Khathab, Shafiyah, dan Mariyah Al-Qibthiyah. Sedangkan Siti Khodijah berada di Pemakaman Ma`la (Makkah) dan Siti Maimunah berada pinggir jalan di kawasan Zam`un menuju Madinah dari arah Makkah

Ikut juga dimakamkan di sini putra-putri Nabi Muhammad SAW tercinta; Ibrahim, Zainab, Ummi Kaltsum, Ruqaiyah, Siti Fatimah, Q`asim, Abdullah, dan juga cucu Nabi, Sayyidina Hasan RA hingga keturunannya, begitu juga keturuna para sahabat dan Ibunda Ali bin Abi Thalib, Fatimah binti Asad.

Selain itu, ditemukan juga makam Halimatus Sa’diyah, ibu susuan Rasulullah SAW dan Shafiyah, bibi Rasulullah. Makam salah seorang fukaha terkemuka, Imam Malik bin Anas, juga dijumpai di pemakaman Baqi’.

Areal Pemakaman Baqi  
Menurut riwayat yang diterima dari Abi Syaibah dan diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW setiap awal tahun selalu melakukan ziarah ke pemakaman Baqi’. Setiap berziarah ke sana, beliau mengunjungi makam para syuhada Badar dan Uhud. Dan di situ beliau membaca doa, “As-salamu’alaikum bima shabartum, fani’ma uqba ad-dar. (Kesejahteraan atas kalian semua atas kesabaran kalian menghadapi peperangan, sesungguhnya surga itu sebaik-baik tempat kembali).”

Aisyah mengatakan bahwa, ketika malam gilirannya, Rasulullah pergi di akhir malam menuju Baqi’ dan berkata, “Semoga keselamatan tercurah pada kalian, wahai penghuni rumah kaum mukmin. Kami dan kalian akan bertemu esok hari (hari Kiamat), dan sebagian dari kita akan mengharapkan syafaat dari sebagian yang lain. Insya Allah, kami akan menyusul kalian. Ya Allah, ampunilah penghuni Baqi’ Al-Gharqad.” (Sunan As sughra, An-Nasa’i).

Rasulullah SAW sendiri sering pulang pergi ke Baqi’. Beliau pergi ke Baqi’ malam hari, lalu berdoa dan memohonkan ampunan bagi penghuninya. Nafi’ meriwayatkan dari Ibnu Umar, Nabi SAW bersabda, “Siapa yang mampu meninggal di Madinah, hendaklah dia meninggal di Madinah. Sesungguhnya aku akan memberi syafaat bagi siapa saja yang meninggal di sana.” (HR. Ahmad).

Abdullah bin Dinar meriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda, “Akulah manusia pertama yang akan keluar dari bumi, kemudian Abu Bakar, Umar, lalu penghuni Baqi’ dan mereka dihimpun bersamaku. Lantas, aku menunggu penduduk Makkah sehingga aku berkumpul dengan mereka di antara Dua Tanah Suci.” (HR. At-Tirmidzi).

Sebelumnya, Nabi Muhammad SAW tidak membolehkan umatnya berziarah ke pemakaman keluarga mereka karena setiap berziarah, mereka mengeluarkan air mata sambil menyebut-nyebut kebaikan orang yang telah meninggal tersebut. Akan tetapi setelah Allah SWT mengizinkannya melakukan ziarah ke pemakaman di Baqi’ itu, beliau pun memberi izin kepada umat Islam untuk berziarah dengan bersabda, “Dulu aku melarang kamu menziarahi, tetapi sekarang aku mengizinkan kamu berziarah.” (HR. Tirmidzi).

Oleh karena banyaknya para sahabat, syuhada dan keluarga  Nabi Muhammad SAW yang dimakamkan di pemakaman tersebut, maka berziarah ke tempat itu menjadi salah satu yang dianjurkan terhadap jamaah haji dan umat Islam lainnya. Hal ini bermanfaat antara lain untuk mengingat dan mencontoh perjuangan mereka serta mendoakan bagi keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Tembok Makam Baqi
Saat ini, areal pemakaman Baqi’ masuk kawasan pusat Kota Madinah. Memiliki luas sekitar 138.000 meter persegi. Di sekitarnya, dibangun pagar tembok yang berjeruji setinggi empat meter. Para peziarah laki-laki pada waktu tertentu dibolehkan oleh petugas untuk memasuki areal pemakaman, sedangkan para wanita dibolehkan berziarah dari luar pagar.

Nampak Nisan Dari Batu Tak Bernama
Namun jangan pernah Anda membayangkan dapat melihat nisan mereka semua. hanya tampak gundukan tanah dengan sepasang nisan dari batu tak bernama.Pemakaman di Baqi` atau Ma`la yang berada di Mekah Al Mukarramah hampir sama dengan sejumlah pemakaman di kawasan Arab Saudi.

Pekuburan ini sangat berbeda dari kuburan muslimin di negeri kita. Bedanya? Kuburan kita sangat fancy, penuh warna, penuh asesori, ada kuburan yang diberi "kijing", bahkan ada yang diberi pondok beratap. Beda lainnya? Di Baqi, kita tidak tahu siapa yang dikubur di bawah gundukan yang hanya bertanda 2-3 batu biasa. Tidak ada nisan bertulisan nama, tak ada tanpa apapun yang membedakannya dari kuburan lainnya. Gundukan tanah yang adapun seakan tak terawat terlanda abrasi (erosi yang disebabkan angin).

Sebagaian jamaah haji atau peziarah menyayangkan, kenapa pemerintah Arab Saudi tidak memasang daftar nama siapa tokoh, apalagi sekaliber sahabat dan keluarga Nabi Muhammad SAW, sebagai penunjuk siapa saja yang dimakamkan di sana.

"Padahal yang dimakamkan di sini adalah orang-orang penting dalam perjuangan Islam maupun tingkat kesalehannya. Cuma segini penghargaan kepada mereka?" ujar salah seorang jamaah haji Indonesia yang berada di lokasi.

Dari keterangan Syekh Abdullah, imam musholla dekat pondokan di Makkah, bahkan Raja Fahd, raja Kerajaan Arab saudi yang baru mangkat pun hanya dikubur dengan tanda 3 buah batu biasa. Inilah cara Islam dalam menguburkan ummat yang meninggal dunia. Tidak ada ritual ziarah dengan membaca surah Yasin diatas kuburan, tidak ada tabur bunga dan tidak ada berbagai kebiasaan lain umat Islam Indonesia dalam berziarah ke kuburan.

Rasulullah SAW hanya mengajarkan bahwa berziarah ke kubur itu hanya untuk mengingatkan kita yang hidup akan dunia akhirat, serta berdo'a kepada Allah SWT untuk kebaikan orang yang telah meninggal. Berdoa dilakukan menghadap kiblat, bukan menghadap kuburan untuk menghindari kecenderungan terjadinya tindakan syirik atau menyekutukan Allah SWT.

Papan Makam Baqi
Didepan makam Baqi sendiri dipasang papan pengumuman besar dalam 3 bahasa (termasuk bahasa Indonesia) yang berisi petunjuk Nabi Muhammad SAW ketika menziarahi pekuburan. Diantara isinya adalah sabda "Ziarahilah kubur karena itu bisa mengingatkan kepada akhirat". Kemudian Rasulullah SAW ketika masuk ke pekuburan selalu memberi salam kepada ahli kubur. Rasulullah juga bersabda "Jangan duduk diatas kuburan dan jangan shalat menghadapnya".

Bagian terakhir dari petunjuk tersebut (lihat foto) adalah dimana Rasul melarang berdoa kepada orang yang telah mati dan meminta manfaat atau pencegahan dari bahaya. Allah SWT berfirman "Dan berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak sanggup menolong dirinya sendiri".(QS AL A'RAAF : 97) Ditambah dengan sabda Rasulullah SAW "Jika kamu ingin meminta, mintalah kepada Allah SWT dan jika kamu ingin memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah SWT ".(HR. Tirmidzi)

Adapun do'a yang dipanjatkan kepada Allah SWT saat berziarah di Makam Baqi berbunyi, "Mudah-mudahan sejahtera atas kamu hai (penghuni) tempat kaum yang beriman. Apa yang dinjanjikan kepadamu yang masih ditangguhkan besok itu, pasti akan datang kepadamu, dan kami insya Allah akan menyusulmu. Ya Tuhan, ampunilah ahli Baqi 'al gargad."