Tarif Haji Plus 2013 Minimal USD 8.000


Kementrian Agama (Kemenag) meminta masyarakat berhati-hati terhadap penawaran haji khusus berbiaya murah. Kemenag memutuskan biaya haji plus minimal USD 8.000 atau naik USD 1.000 bila dibandingkan dengan tahun lalu. Dengan estimasi kurs USD 1 sama dengan Rp 9.799 berarti tarif haji plus mencapai Rp 77.6 juta

Kemenag bakal memberikan sanksi bagi penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK) yang seenaknya menurunkan tarif. Pengumumam kenaikan biaya haji khusus itu dibarengi dengan penetaan kuota sebanyak 17.000 jamaah. Ini demi menjamin peningkatan kualitas layanan ibadah haji khusus yang disesuaikan dengan SPM (Standar Pelayanan Minimal)," ujar Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenag Zubaidi kemarin

Secara umum tidak ada perubahan dalam SPM haji khusus. Diantaranya hotel minimal bintang 4, bus eksekutif, tenda ber AC, dan sejumlah fasilitas lain. Tarif dinaikkan karena harga barang setiap tahun naik. Termasuk, kenaikan sewa kamar hotel dan transportasi.

Saya ingatkan, 8.000 dolar AS itu biaya minimal. PIHK bisa memator biaya diatas ketetapan pemerintah," tegas Zubaidi. Tentu saja, dengan biaya yang lebih mahal, jamaah akan menuntut pelayanan yang lebih baik. Secara otomatis, PIKH yang tidak mampu memberikan layanan yang sesuai dengan harga akan ditinggalkan jamaah

Zubaidi mewanti wanti agar keputusan itu ditaati PIKH. Artinya, tidak boleh ada PIKH yang mematok biaya haji khusus kurang dari USD 8.000. Sebab, hal tersebut akan mempengaruhi pelayanan terhadap jamaah. Pihaknya sudah mempersiapkan sanksi bagi PIKH yang melanggar

Sementara itu, kuota haji khusus tahun ini juga tidak bertambah. Yakni, 17.000 jamaah. Jumlah tersebut ditetapkan lewat Keputusan Menteri Agama Nomor 58 Tahun 2013. Sesuai dengan ketentuan, satu PIHK hanya boleh membawa maksimal 200 jamaah.

Zubaidi menambahkan, pelunasan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) khusus dimulai Senin mendatang 22 April 2013 hingga 3 Mei 2013. Sementara itu pelunasan tahap kedua dilakkan sejak 7 sampai 14 Mei 2013. Pelunasan dilakukan di bank yang sama dengan bank tempat menyetor awal. Sumber: Jawapos, Kamis 18 April 2013, Hal. 16



PT ARMINAREKA PERDANA SURABAYA
Penyelenggara Perjalanan Umroh & Haji Plus sejak 1990
Izin Umroh D/146 th 2012 & Izin Haji Plus D/230 th 2012
Kantor Perwakilan Surabaya - Jawa Timur
Divisi Marketing Lima Utama Sukses
Konsorsium Juanda Surabaya
Jl. Semolowaru Elok AL 2
031-7111 3345
www.arminarekajatim.blogspot.com

KANTOR PUSAT PT ARMINAREKA PERDANA
Gedung Menara Salemba Lt.V
Jl.Salemba Raya No.05 Jakarta Pusat 10440
Telp: 021.3984 2982, 3984 2964

Haji, Perjalanan Jiwa Menuju Ridha Allah SWT

Perjalanan. Ibadah haji adalah ibadah mahdhoh yang sarat dengan pergerakan fisik pelakunya antara satu tempat dan tempat lainnya. Ibadah Haji adalah ibadah yang penuh gerak dan pengembaraan. Pelakunya (disebut Jama’ah Haji) dituntut untuk menjadi pengembara.

Perjalanan adalah ujian kehidupan. Setiap orang yang melakukan perjalanan harus mengalami berbagai kondisi keterbatasan. Tidak seperti di rumah, makan dan tidur serta aktivitas harian lain selama perjalanan pasti tidak senyaman melakukannya di rumah. Orang bilang Home Sweet Home. Pulang merupakan kerinduan setiap musafir setelah beberapa waktu mengembara.

Ujian. Haji adalah ibadah mahdhah penuh ujian. Dimulai dengan ujian kesulitan perjalanan, selanjutnya berbagai ujian lain menanti. Ibadah Haji masa kini juga identik dengan berdesakan. Jumlah Jama’ah Haji setiap tahun bertambah sementara luas wilayah yang harus didatangi tak mungkin bertambah besar. Tahun ini kira-kira dua setengah juta Jama’ah Haji melaksanakan ibadah tersebut. Ujian kesabaran dalam menanti giliran (antri) makan, ke kamar mandi, jumroh, masuk ke masjid dan lain-lain. Siapapun yang tak terbiasa antri dan tak mau antri sebaiknya tak usah pergi haji. Dalam keadaan berdesakan diantara jutaan manusia, sadarlah seseorang bahwa ia bukan siapa-siapa, ia hanya satu diantara sekumpulan manusia.

Tetapi itu semua bukan inti ujiannya. Ibadah Haji harus dijalani dengan penghayatan yang tinggi yang justru dengan penghayatan tersebut segala kesulitan dan tantangan akan sirna dan menjadi tidak berarti.

Haji dan lingkaran kehidupan. Tawwaf. Ibadah khusus yang amat nikmat jika saja dihayati dengan benar. Tawwaf adalah simbol pergerakan alam semesta yang selalu berorientasi kepada ketundukan pada Allah Azza wa Jalla. Tawwaf adalah simbol perjalanan hidup manusia bergerak di seputar Allah SWT, di seputar aturan-aturanNya dan daur kehidupan yang digariskanNya. Barang siapa ingin mempercepat langkah mendahului arus maka ia harus siap menentang arus dengan resiko menabrak atau mendorong orang atau bahkan didorong. Gangguan dalam kehidupan karena pihak-pihak yang ingin mementingkan diri sendiri.

Tawwaf adalah ibadah penghayatan atas lingkaran kehidupan dari lahir hingga mati, dari tahun ke tahun kehidupan. Seberapa banyak dari waktu itu kita mengingat Allah SWT? Tebuslah dengan beristighfar selama Tawwaf sambil memandangi Ka’bah yang mulia, sebagai wujud kerinduan jiwa kita seaslinya terhadap Allah.

Sa’i. Berlari kecil antara dua bukit. Jika dilihat semata sebagai aktivitas ritualnya saat ini, ruangan berpendingin, sejuk tidak kepanasan, jika haus dapat berhenti untuk minum zam-zam yang sudah tersedia, maka makna ibadahnya kurang terasa. Hayatilah dengan gambaran seorang ibu yang bergegas mencari air bagi putranya karena air susunya sudah kering. Betapa kehausannya Hajar dan Ismail di tengah teriknya gurun jazirah ini sebagaimana dapat dirasakan di luar Masjid. Betapa penuh pengorbanannya sang ibu yang berjuang untuk anaknya yang kehausan. Betapa taatnya keluarga itu, yang rela ditinggal di tengah gurun kosong yang gersang semata karena perintah Allah. Apalah arti ketaatan kita selama ini kepada Allah dibanding ketaatan keluarga Ibrahim Alaihissalam yang mulia.

Ihram. Ihram, sebuah sebutan untuk semacam seragam maupun sebutan untuk sebuah status atau keadaan. Ihram bagi laki-laki hanya dua helai kain berwarna putih dan tidak berjahit. Mengingatkan kita pada baju kita kelak jika akan menghadap Allah setelah selesai dengan dunia, yaitu kafan. Tak ada perbedaan status yang dapat terlihat, tak ada perbedaan selera yang dapat tampil. Hanya dua lembar kain putih tak berjahit, tak boleh lebih atau berbeda. Begitulah kita semua dimata Allah, sama. Hanya ketaqwaan yang akan menjadi pembeda, dan ketaqwaan tak dapat dilihat langsung oleh manusia lain.

Perbedaan ketaqwaan itu dapat terlihat dari jejaknya, pada wajah yang bersinar dan bersih, pada tingkah laku yang sabar dan santun, menunjukkan bekal taqwa yang cukup dalam menghadapi berbagai ujian kesabaran selama perjalanan Haji ini. Sebaliknya, yang wajahnya kusut penuh amarah, mulut selalu mencaci orang lain, tindak tanduk yang gelisah dan selalu menabrak orang lain, itulah jejak kemiskinan taqwa dan kepasrahan, jejak ketidak-sabaran dan kurang penyerahan diri.

Wuquf. Ibadah Haji yang penuh aktivitas fisik justru puncaknya ada pada diam. Ya, DIAM, Wuquf adalah diam dan merenung. Berdiam sehari di atas tanah gersang dengan hanya dinaungi tenda, merenungi langkah hidup selama ini. Sudah tepatkah? Adakah yang menyimpang? Apakah masih ada kewajiban yang belum ditunaikan? Ke mana setelah ini?

Wuquf adalah perenungan dan panjatan doa ke hadapan Sang Pencipta, Sang Pemilik dan Pemelihara kita semua dan seluruh alam. Wuquf hanya ada pada ibadah Haji. Wuquf menjanjikan ampunan total, the new beginning of one’s life. Awal baru bagi kehidupan seseorang. Amat rugi jika Wuquf tidak mengantar kita kepada hidup yang lebih baik. Haji adalah Arofah, Wuquf adalah Haji. Haji yang diterima adalah Haji Mabrur, yang mana sepulangnya dari perjalanan ini seseorang seharusnya menjadi lebih baik. Satu kali Wuquf seumur hidup sudah cukup, jika saja merupakan Wuquf yang bernas.

Ke mana setelah ini? Ke mana seharusnya sebuah perjalanan setelah perenungan? Jawabannya adalah ”pengembaran dan perjuangan”.

Muzdalifah di bawah langit malam, di antara taburan bintang. Muzdalifah tempat mengisi amunisi. Ambil batu, dan simpan, lanjutkan perjalanan di bawah naungan langit malam.

Mina. The Tent City, Kota Tenda. Kota tanpa penduduk asli yang dalam beberapa hari saja dalam setahun penghuninya lebih dari tiga juta. Lagi-lagi berdesakan, dan lagi-lagi harus melipat-gandakan kesabaran. Sebuah arahan yang paling dianjurkan bagi yang berjihad.

Mina adalah kota untuk berjuang dan berkorban. Siapa musuhnya? Setan! Di Mina Jama’ah Haji lagi-lagi harus menjadi pengembara, tidur di tenda dan makanan di ransum seperti dalam kamp para pejuang. Semua harus sabar atau kalah. Tetapi di Mina bukan untuk duduk berdiam di tenda, di Mina seseorang harus mengatur strategi dengan komandannya yang saat ini adalah para pembimbing Haji. Membuat strategi untuk menyerang para musuh, kapankah saat terbaik dan bagaimana caranya?

Itulah Haji, diakhiri dengan kembali mengingat orientasi hidup yaitu Tawwaf di Baitullah setelah sukses melakukan jihad menyerang musuh di Mina. Selalu harus kembali kepada orientasi yang sama, yaitu Allah SWT dan Islam, sambil bertakbir Membesarkan nama Allah SWT dan beristighfar atas kesalahan dan kekurangan kita.

Allahummaj’alnaa Hajjan Mabruron wa Sa’yan Masykuron wa Dzamban Maghfuron wa ‘Amalan Mutaqobbalan wa Tijarotan lan taburo.(Ya Allah, jadikanlah haji kami mabrur, sa’iy kami penuh rasa syukur, dosa kami terampuni, ‘amal kami diterima dan perniagaankami tidak merugi).Wallahua’lam. Sumber : www.eramuslim.com


PT ARMINAREKA PERDANA SURABAYA
Penyelenggara Perjalanan Umroh & Haji Plus sejak 1990
Izin Umroh D/146 th 2012 & Izin Haji Plus D/230 th 2012
Kantor Perwakilan Surabaya - Jawa Timur
Divisi Marketing Lima Utama Sukses
Konsorsium Juanda Surabaya
Jl. Semolowaru Elok AL 2
031-7111 3345
www.arminarekajatim.blogspot.com

KANTOR PUSAT PT ARMINAREKA PERDANA
Gedung Menara Salemba Lt.V
Jl.Salemba Raya No.05 Jakarta Pusat 10440
Telp: 021.3984 2982, 3984 2964 

Tips Ziarah Di Makam Baqi


Setiap kali usai menunaikan shalat lima waktu atau shalat sunah di Masjid Nabawi, Madinah, Jamaah dari berbagai penjuru dunia rela berdesakkan untuk bisa melihat langsung Makam Baqi.

Hanya saja, tidak sedikit pula jamaah yang gigit jari karena pintu gerbang Makam Baqi ditutup untuk peziarah. Akibatnya, jamaah haji hanya bisa melihat tembok makam tersebut.

Ternyata, pintu gerbang Makam Baqi tidak selalu tertutup untuk para peziarah. Asal tahu jadwalnya, maka peziarah bisa mengirim doa di dalam area pemakaman. Artinya, peziarah bisa melihat langsung bagaimana bentuk Makam Baqi.

Berdasarkan aturan yang disampaikan pengelola Makam Baqi, yang juga menjadi Kepolisian Kerajaan Arab Saudi, setiap jamaah bisa masuk ke area makam. Namun pada waktu tertentu alias sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.

Seperti diterjemahkan mukimin asal Indonesia, Ahmad Haris, pengelola menjelaskan semua peziarah bisa masuk area makam usai shalat Subuh hingga pukul 09.00 waktu Arab Saudi. Kemudian, pintu gerbang makam kembali dibuka pada usai shalat Ashar hingga pukul 17.00 waktu setempat.

Meski bebas masuk area makam, peziarah harus ingat bahwa pengelola tidak mengizinkan untuk berfoto ria demi kepentingan pribadi. Jangan heran, bila aparat keamanan setempat akan menyita kamera atau telepon selular Anda.

Hanya saja ada imbauan agar Anda tidak terlalu lama berada di dalam area makam. Pasalnya, ribuan atau bahkan ratusan ribu jamaah akan saling berebut masuk area Makam Baqi. Sumber: www.haji.okezone.com


PT ARMINAREKA PERDANA SURABAYA
Penyelenggara Perjalanan Umroh & Haji Plus sejak 1990
Izin Umroh D/146 th 2012 & Izin Haji Plus D/230 th 2012
Kantor Perwakilan Surabaya - Jawa Timur
Divisi Marketing Lima Utama Sukses
Konsorsium Juanda Surabaya
Jl. Semolowaru Elok AL 2
031-7111 3345
www.arminarekajatim.blogspot.com

KANTOR PUSAT PT ARMINAREKA PERDANA
Gedung Menara Salemba Lt.V
Jl.Salemba Raya No.05 Jakarta Pusat 10440
Telp: 021.3984 2982, 3984 2964 
Fax : 021.3984 2985
www.arminarekaperdana.com     

Tata Cara Shalat Dalam Pesawat


Shalat selama dalam perjalanan dapat dilaksanakan dengan cara Jamak dan Qashar. Jamaah haji / umroh adalah tergolong musafir yaitu orang yang sedang melakukan perjalanan. Allah SWT telah memberikan keringan bagi seorang musafir dalam menjalankan shalat wajib selama di perjalanan.

Perjalanan jamaah haji / umroh akan menempuh jarak yang sangat jauh. Perjalanan dari Tanah Air ke Tanah Suci saja membutuhkan waktu 9- 11 jam, sudah barang tentu kita akan melewati waktu-waktu shalat. Dalam hal ini kita dibolehkan melaksanakan shalat wajib dengan cara dijamak dan diqashar.

Shalat dengan cara dijamak yaitu mengumpulkan (jamak) 2 shalat wajib dalam satu waktu yang sama. Shalat wajib yang bisa dijamak yaitu shalat dzuhur dengan ashar dan shalat maghrib dengan Isyak. Shalat jamak ini ada dua cara yaitu:
  • Jamak Taqdim yaitu mengumpulkan 2 shalat wajib yang terdahulu maksudnya mengerjakan/ menjamak shalat dzuhur dan ashar diwaktu shalat dzuhur dan Shalat Maghrib dan Isyak dikerjakan pada waktu Magrib.
  • Jamak Ta'khir yaitu mengumpulkan 2 shalat wajib yang dikerjakan pada waktu belakang maksudnya mengerjakan/ menjamak Dhuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Ashar, dan mengerjakan magrib dengan isyak di waktu Isyak.
Shalat Qashar, qashar artinya menyingkat/ meringkas maksudnya meringkas Shalat yang 4 rakaat (seperti Shalat Dhuhur, Ashar atau Isyak) menjadi 2 rakaat sedangkan Shalat Magrib tetap 3 rakaat. Shalat Subuh tidak dapat dijamak ataupun diqashar.

Shalat Jamak Qashar maksudnya dua shalat fardlu dikerjakan bersamaan dengan meringkas rakaat-rakaat shalat menjadi 2 rakaat. Misalnya shalat Dhuhur dan Ashar dijamak qashar, yaitu mengerjakan shalat dhuhur 2 rakaat kemudian dilanjutkan dengan shalat ashar 2 rakaat. Shalat tersebut bisa dilakukan pada waktu Dhuhur (Taqdim), bisa juga dilaksanakan pada waktu ashar (ta'khir) dan bisa dilakukan secara berjamaah.

Begitu pula dengan Shalat Magrib dan Isyak bisa dijamak dan qashar. Caranya mengerjakan shalat magrib 3 rakaat dahulu kemudian dilanjutkan mengerjakan shalat Isyak 2 rakaat. Shalat tersebut bisa dilakukan pada waktu Magrib (Taqdim), bisa juga dilaksanakan pada waktu Isyak (ta'khir) dan bisa dilakukan secara berjamaah.

Diantara shalat yang dijamak qashar, tidak ada shalat sunnah. Jika dilaksanakan berjamaah shalat berikutnya dilanjutkan dengan iqomah saja. Begitu pula setelah melaksanakan shalat dijamak qashar tidak ada shalat sunnah pula.

CARA MENGERJAKAN SHALAT DI PESAWAT

Sebelum mengerjakan shalat disyaratkan kita bersuci atau berwudlu dahulu. Jika dalam kondisi darurat dan tidak ada air yang mencukupi untuk berwudlu maka dianjurkan untuk melaksanakan tayamum. Karena di pesawat ketersediaan air sangat terbatas dan demi keselamatan penumpang maka kita dianjurkan untuk bertayamun. Setelah bersuci dengan tayamum selesai, kita bisa mengerjakan shalat.

Shalat Fardlu di pesawat bisa dilakukan dengan dijamak dan qashar. Pada intinya shalat di pesawat dikerjakan dengan posisi duduk di kursi pesawat karena memang kita tidak bisa berdiri, ruku' dan sujud dengan sempurna. Doa-doa dalam shalat sambil duduk sama dengan doa-doa ketika shalat sambil berdiri sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. 

Berikut cara shalat di pesawat:
  • Dengan posisi duduk di kursi pesawat. Niat sambil Takbiratul ihram
  • Tangan bersidekap seperti layaknya sholat sambil berdiri, membaca doa iftitah, Surat Al Fatihah dan surat pendek yang dikehendaki.
  • Ruku' dilakukan sedikit membungkukkan badan dari posisi duduk sambil berdoa ketika ruku'.
  • I'tidal dilakukan dengan posisi punggung lurus seperti dalam posisi duduk sambil berdoa.
  • Sujud dilakukan dengan membungkukkan badan lebih rendah saat ketika ruku' sebelumnya sambil berdoa.
  • Duduk antara dua sujud, dilakukan dengan posisi duduk sempurna di kursi pesawat sambil berdoa.
  • Sujud kembali dengan membungkukkan badan seperti pada sujud awal sambil berdoa.
  • Duduk kembali dengan sempurna, tangan bersidekap untuk melaksanakan rakaat yang kedua, membaca Surat Al Fatihah dan Surat pendek yang dikehendaki.
  • Ruku' dilakukan sedikit membungkukkan badan dari posisi duduk sambil berdoa ketika ruku'.
  • I'tidal dilakukan dengan posisi punggung lurus seperti dalam posisi duduk sambil berdoa.
  • Sujud dilakukan dengan membungkukkan badan lebih rendah saat ketika ruku' sebelumnya sambil berdoa.
  • Duduk antara dua sujud, dilakukan dengan posisi duduk sempurna di kursi pesawat sambil berdoa.
  • Sujud kembali dengan membungkukkan badan seperti pada sujud awal sambil berdoa.
  • Duduk Tasahut Akhir. Duduk dengan sempurna letakkan kedua tangan di atas lutut, lakukan dengan membaca doa tasahut akhir.
  • Mengucapkan salam sambil menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri.
  • Berdoa dan berdzikir setelah selesai sholat.
Sumber : kbiharofahmalang


PT ARMINAREKA PERDANA SURABAYA
Penyelenggara Perjalanan Umroh & Haji Plus sejak 1990
Izin Umroh D/146 th 2012 & Izin Haji Plus D/230 th 2012
Kantor Perwakilan Surabaya - Jawa Timur
Divisi Marketing Lima Utama Sukses
Konsorsium Juanda Surabaya
Jl. Semolowaru Elok AL 2
031-7111 3345
www.arminarekajatim.blogspot.com

KANTOR PUSAT PT ARMINAREKA PERDANA
Gedung Menara Salemba Lt.V
Jl.Salemba Raya No.05 Jakarta Pusat 10440
Telp: 021.3984 2982, 3984 2964 
Fax : 021.3984 2985
www.arminarekaperdana.com     

Sejarah Pembangunan Ka'bah


Allah SWT berfirman "Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdo'a : Ya Tuhan kami terimalah daripada kami amalan kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 127).

Sepintas bahwa ayat di atas mengatakan bahwa Nabi Ibrahim as adalah orang yang pertama membangun Ka'bah di permukaan bumi ini, seperti dipahami oleh sebagian kaum muslimin. Padahal bila dicermati, sebelum  Nabi Ibrahim as menginjakkan kakinya ke tanah Makkah sudah ada bangunan Ka'bah yang telah dibangun oleh malaikat dan generasi sebelum  Nabi Ibrahim as. Hal itu dapat dipahami dari kata "Yarfa'u" meninggikan berarti meninggikan bangunan yang suda ada. Para ahli sejarah mengatakan, setidaknya ada dua belas generasi yang ikut berjasa dalam membangun Ka'bah yang ada sampai saat sekarang ini yaitu :

Generasi Pertama: Ka'bah dibangun oleh Malaikat, dua ribu tahun sebelum Nabi Adam as diciptakan, Malaikat sudah membangun Ka'bah di bumi ini atas perintah Allah SWT. Anda bisa baca selengkapnya dalam artikel Siapakah yang Pertama Kali Tawaf di Baitullah? Penjelasan ini sekaligus sebagai bantahan pada orang-orang Nasrani bahwa rumah yang pertama dibangun adalah Baitul Maqdis. Itu generasi pertama pembangunan Ka'bah,

Generasi kedua : Pembangunan dilanjutkan oleh Nabi Adam as setelah dia keluar dari dalam surga, dan menetap di bumi melaksanakan tawaf, dan merenofasi bangunan Ka'bah serta memohon ampun kepada Allah SWT. Atas kekhilafan yang telah dilakukannya. Beliaulah manusia pertama merenofasi bangunan Ka'bah dan tawaf di Ka'bah (Ibnu Abbas Ibid: 37)

Generasi Ketiga : dilanjutkan oleh putra Nabi Adam as bernama Syis, setelah Nabi Adam as wafat. Bangunan ketika itu terdiri dari tanah dan batu, dan bangunan tersebut dapat bertahan sampai Nabi Nuh as. Ketika "Tsunami besar" terjadi pada masa Nabi Nuh as, Ka'bah roboh dan porak poranda. Sampai pada generasi ketiga ini menurut ahli sejarah, tidak dijumpai keterangan di dalam Al Quran dan hadits-hadits Shahih baru

Generasi Keempat : yaitu generasi Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, dicantumkan sejarahnya di dalam Al Quran di antaranya ayat 127 surat Al Baqarah seperti di bawah judul di atas. Ayat di atas menceritakan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as merenofasi Ka'bah dengan meninggikan pondasi yang tertimbun oleh banjir pada zaman Nabi Nuh as,

Setelah  Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as meletakkan dasar-dasarnya maka dibangunlah rukun-rukunnya. Dan Nabi Ibrahim as mengatakan kepada Nabi Ismail as, ”Wahai anakku, carikanlah untukku batu hitam dari daerah India, dahulunya ia adalah batu yakut yang paling putih. Dahulu batu itu dibawa oleh Nabi Adam as tatkala diturunkan ke bumi dari surga namun kemudian berubah warnanya menjadi hitam karena dosa-dosa manusia. Nabi Ismail as pun membawa sebuah batu namun ia mendapatkan batu hitam itu sudah berada disalah satu sudut. Ia pun bertanya kepada ayahnya, ”Wahai ayahku siapa yang mendatangkan batu itu kepadamu? Nabi Ibrahim as  menjawab,”Dia adalah yang lebih rajin darimu.” Maka mereka berdua membangunnya,

Nabi Ibrahim as dengan dibantu oleh Nabi Ismail as, beliau memulai pembangunan Ka'bah dengan membuat tinggi Ka'bah menjadi 9 hasta, dan lebarnya 32 hasta dari rukun Aswad sampai rukun Syami, yang di sisinya terdapat Hijr Ismail. Beliau melebarkan antara rukun Syami dengan rukun Gharbi (Barat) menjadi 22 hasta, dan antara rukun Gharbi dengan rukun Yamani menjadi 31 hasta, serta antara rukun Yamani dengan rukun Aswad menjadi 20 hasta.

Penulis kitab Tarikhul Ka'bah al Mu'azhamah, Syaikh Husain Abdullah Basalamah menjelaskan,  Nabi Ibrahim as membuat dua pintu untuk Ka'bah dengan ukuran yang sama. Satu dari arah timur dekat Hajar Aswad, dan yang lainnya dari arah barat dekat rukun Yamani. Beliau juga membuat lubang di dalam Ka'bah. Yaitu di sebelah kanan orang yang masuk dari pintu timur yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta Ka'bah. Kala itu, Ka'bah belum diberi atap.(Makalah al Ka'bah al Musyarafah Awalul-Bait Wadhi'a lin-Nas, Majalah Haji, Edisi 9 dan 10 Tahun 55 Rabiul Awal dan Rabi'u Tsani 1422H, halaman 35.)

Setelah pembangunan Ka'bah diselesaikan oleh  Nabi Ibrahim as dia berdo'a kepada Allah SWT agar karyanya itu diterima oleh Allah SWT sebagaimana yang difirmankan dalam surah Al-Baqarah 127 ..... "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".

Generasi Kelima : Selanjutnya dilanjutkan oleh suku Amaliqah yang berasal dari Yaman, hampir tidak ada perombakan pada bangunan Ka'bah, karena suku Amaliqah ini hanya memperbaiki yang runtuh dan rusak saja. Sebab itu para ahli sejarah ada yang mengatakan bukan termasuk membangun, akan tetapi pendapat yang lebih meyakinkan,  suku Amaliqah termasuk generasi kelima pembangunan Ka'bah.

Generasi Keenam : Adalah suku Jurhum yang dipimpin oleh raja mereka yang bernama Madhad bin Umar bin Haris bin Madhad bin Umar Al Jurhum. Mereka memperbaiki bangunan yang roboh yang pernah diperbaiki oleh  suku Amaliqah .Imam as Suhailiy berkata,"Dikisahkan, pada zaman  suku Jurhum, Ka’bah dibangun sekali atau dua kali karena banjir yang telah menghancurkan tembok Ka’bah. (Tetapi) ini bukan termasuk melakukan pembangunan, namun hanyalah perbaikan terhadap sesuatu yang diperlukan”.(Raudhul-Unfi, 1/222.)

Generasi Ketujuh : Selanjutnya adalah generasi Qushai bin Kilab dari Bani Kinanah. Beliau adalah seorang raja yang ditaati oleh rakyatnya, As Sakhawi mengatakan,  Qushai bin Kilab  mengumpulkan hartanya yang melimpah dan menghancurkan Ka'bah serta menambah tinggi Ka'bah menjadi 9 hasta dari yang telah dibangun pada zaman Nabi Ibrahim as. Dia juga membuat atap Ka'bah dari kayu pohon ad-dum dan pelepah kurma, sehingga dialah orang pertama yang membuat atap Ka'bah, kemudian dibuka lagi hingga zaman Quraisy. (Dinukil dari makalah al Ka'bah al Musyarafah Awalul-Bait Wadhi'a lin-Nas, Majalah Haji, Edisi 9 dan 10 Tahun 55 Rabiul Awal dan Rabi'u Tsani 1422H, halaman 35 dan 36.)

Generasi Kedelapan : adalah Abdul Muthalib kakek Nabi Muhammad Saw.

Generasi Kesembilan : adalah Suku Quraisy. Pada usia Rasulullah saw mencapai tiga puluh lima tahun, lima tahun sebelum tahun kenabian, Makkah dilanda banjir besar sehingga meluap ke Masjidil Haram dan dikhawatirkan sewaktu-waktu akan dapat meruntuhkan Ka’bah. Orang-orang suku Quraisy merasa bimbang antara merenovasi atau membiarkannya seperti apa adanya.

Akhirnya al Walid bin al Mughirah al Makhzumiy mengawali perobohan bangunan Ka’bah lalu diikuti oleh orang-orang setelah mereka mengetahui tidak terjadi sesuatupun menimpa al Walid. Mereka terus bekerja merobohkan setiap bangunan Ka’bah hingga sampai rukun Ibrahim. Setelah itu mereka siap membangunnya kembali.

Tatkala pembangunan sampai di bagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa yang berhak mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad itu ditempatnya semula. Perselisihan ini terus berlangsung selama empat atau lima hari, tanpa ada keputusan. Bahkan perselisihan itu semakin meruncing dan hampir saja menjurus kepada pertumpahan darah di tanah suci.

Abu Umayyah bin al Mughirah al Makhzumiy datang dan menawarkan solusi dengan menyerahkan urusan ini kepada siapa pun yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Mereka menerima cara ini. Allah SWT menghendaki orang yang berhak atasnya adalah Rasulullah saw. Tatkala mengetahui hal itu, mereka berbisik-bisik, ”Inilah al Amin. Kami ridho kepadanya, inilah dia Muhammad.”

Orang-orang suku Qiraisy kehabisan dana dari penghasilan mereka, maka mereka menyisakan di bagian utara, kira-kira enam hasta, yang kemudian disebut al Hijr atau al Hathim. Mereka membuat pintunya lebih tinggi dari permukaan tanah, agar tidak bisa dimasuki kecuali oleh orang yang memang ingin melewatinya. Setelah bangunan Ka’bah mencapai ketinggian lima belas hasta, mereka memasang atap dengan disangga enam sendi.

Setelah jadi, Ka’bah itu berbentuk segi empat, yang keinggiannya kira-kira mencapai lima belas hasta, panjang sisinya di tempat Hajar Aswad dan sebaliknya adalah sepuluh meter. Hajar Aswad itu sendiri diletakkan dengan ketinggian satu setengah meter dari permukaan pelataran untuk thawaf. Sisi yang ada pintunya dan sebaliknya setinggi dua belas meter. Adapun pintunya setinggi dua meter dari permukaan tanah, di sekeliling luar Ka’bah ada pagar dari bagian bawah ruas-ruas bangunan, di bagian tengahnya dengan ketinggian seperempat meter dan lebarnya kira-kira sepertiga meter. Pagar ini dinamakan Asy Syadzarawan. Namun kemudian orang-orang suku Quraisy meninggalkannya. (Ar Rakhiqul Makhtum hal 84 – 85)

Keistimewaan Bangunan Quraisy :
  • Suku Quraisy membangun Ka'bah sesuai dengan pondasi bangunan Nabi Ibrahim as.
  • Suku Quraisy  mengurangi lebar Ka'bah 6,5 (enam setengah) hasta dari arah Hijr Ismail, sebagaimana sekarang.
  • Menambah ketinggian Ka'bah menjadi 18 hasta.
  • Ka'bah dari sisi Hijr Ismail dijadikannya melingkar, sebagaimana pada pembangunan oleh Nabi Ibrahim as.
  • Suku Quraisy  membangun tembok pendek pada Hijr Ismail.
  • Meninggikan letak pintu dari tanah dan memberikan daun pintu yang dapat dikunci.
  • Menambah atap dan talang air (mizab) untuk mengatur pembuangan air dari atapnya dan dibuang ke arah Hijr Isma'il.
  • Memasang enam tiang penyangga dalam dua barisan di dalam Ka'bah.
  • Bahan yang dipakai untuk membangun tidak hanya susunan batuan saja, tetapi juga dengan menggunakan tanah sebagai perekat.
  • Menghiasi atap dan tembok Ka'bah sebelah dalam, demikian pula dengan tiang-tiangnya. Mereka juga membuat gambar-gambar para nabi, malaikat dan pepohonan. Yang semua ini kemudian dihapus oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada saat Fathu Makkah (Dinukil dari At Tarikhul-Qawim li Makkata wa Baitullah al Karim, 3/40)

Generasi Kesepuluh : Selanjutnya cucu dari Khalifah Abu Bakar Sidik yang bernama Abdullah bin Zubair, putra Asma binti Abu Bakar ra. Abdullah bin Zubair mempertinggi bangunan Ka'bah dari 9 hasta menjadi 27 hasta dan juga meninggikan pintu Ka'bah dan memberi atap Ka'bah dengan rapi.

Abdullah bin Zubair memutuskan perenovasian Ka’bah seperti yang diinginkan Rasulullah saw ketika beliau masih hidup. Dia pun merobohkannya dan membangun kembali serta menambahkan bagian yang masih kurang ketika orang-orang suku Quraisy kehabisan dana dari enam hasta menjadi sepuluh hasta. Dia juga menjadikan Ka’bah memiliki dua pintu, satu di sebelah timur dan lainnya di sebelah barat sehigga orang yang memasukinya dari satu pintu dan keluar di pintu yang lainnya. Dia menjadikannya dalam bentuk yang paling baik dan megah sehingga seperti yang disifatkan Nabi saw sebagaimana diberitakan oleh Aisyah ra ibu orang-orang beriman yang juga bibinya.

"Wahai, 'Aisyah. Kalau bukan karena kaummu baru lepas dari kejahiliyahan, sungguh aku ingin memerintahkan mereka menghancurkan Ka'bah lalu membangunnya, dan aku masukkan ke dalamnya apa yang telah dikeluarkan darinya, dan aku buat pintunya menempel dengan tanah, serta aku buatkan pintu timur dan barat, dan aku sesuaikan dengan pondasi Ibrahim". (Muttafaqun 'alaih, As Sirah an-Nabawiyah fi Dhu'il-Mashadir, halaman 55.)

Al Azraqiy (Tarikh Makkah 1/64) dan Ibnu Hajar (Fat-hul Bari, …) menjelaskan, bahwa Nabi Ibrahim as membangun Ka’bah setinggi 9 hasta, panjang 32 hasta dan lebar 22 hasta tanpa atap. Sedangkan as Suhailiy menjelaskan, bahwa tinggi Ka’bah adalah 9 hasta dari zaman Nabi Ismail as, lalu ketika kaum Quraisy sebelum Islam menambah 9 hasta, sehingga menjadi 18 hasta. Mereka meninggikan pintunya dari tanah, sehingga untuk menaikinya harus menggunakan tangga. Ketika  Abdullah bin Zubair  membangunnya, dia menambah 9 hasta, sehingga menjadi 27 hasta hingga sekarang. (Raudhul-Unfi, 1/221). Demikian juga I Abdullah bin Zubair membuat dua pintu yang menempel ke tanah dari arah timur dan barat, untuk masuk dan keluar. Tinggi pintunya 11 hasta.[23]

Generasi Kesebelas : Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan al Umawiy yaitu pada tahun 74 H, Al Hajaj bin Yusuf ats Tsaqafiy menulis surat kepadanya atas apa yang diperbuat  Abdullah bin Zubair  dengan Ka’bah, tentang perenovasian dan penambahan bagian Ka’bah, Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim (2/972/H 1333/402), pembangunan ini dilakukan karena adanya keraguan Abdul Malik terhadap pendengaran Abdullah bin Zubair, berkaitan hadits Rasulullah saw dari 'Aisyah :

"Kalau bukan karena kaummu baru lepas dari kejahiliyahan atau, kekufuran sungguh aku akan menghancurkan Ka'bah, membuatkan untuknya pintu dan aku tempelkan pintunya ke tanah, serta aku masukkan Hijr Ismail padanya".

Lalu  Abdul Malik bin Marwan al Umawiy membalas suratnya agar mengembalikan Ka’bah seperti sedia kala.  Al Hajaj bin Yusuf ats Tsaqafiy pun merobohkan bagian utaranya dan mengeluarkan al Hijr sebagaimana yang telah dibangun orang-orang suku Quraisy serta menjadikan Ka’bah memiliki satu pintu saja yang lebih ditinggikan serta menutup pintu yang lainnya.

Akan tetapi, kemudian Al Harits bin 'Abdullah bin Abi Rabi’ah menguatkan dan membenarkan pendengaran Abdullah bin Zubair di hadapan Abdul Malik bin Marwan al Umawiy, sehingga menyebabkan  Abdul Malik bin Marwan al Umawiy menyesal telah menghancurkan Ka’bah yang telah dibangun kembali oleh Abdullah bin Zubair

Juga diriwayatkan bahwa, Khalifah Harun ar Rasyid telah berencana untuk menghancurkan Ka’bah dan membangunnya kembali sebagaimana bangunan Abdullah bin Zubair, akan tetapi Imam Malik bin Anas berkata kepadanya: “Aku bersumpah, demi Allah, wahai Amirul Mukminin, janganlah engkau menjadikan Ka’bah ini sebagai permainan para raja setelah engkau, sehingga tidaklah seseorang dari mereka yang ingin merubahnya, kecuali dia pun akan merubahnya, dan kemudian hilanglah kewibawaan Ka'bah dari hati kaum Muslimin,” lalu Khalifah Harun ar Rasyid pun menggagalkan rencana tersebut, sehingga Ka’bah masih tetap seperti itu sampai sekarang ini. (As Sirah an-Nabawiyah fi Dhu'il-Mashadir, halaman 53.)

Generasi Keduabelas : Disempurnakan oleh Sultan Murad Khan IVSyaikh Muhammad Thahir al Kurdi mengatakan, yang memotivasi pembangunan oleh  Sultan Murad Khan IV, yaitu adanya hujan deras yang turun pada pagi hari Rabu, 19 Sya'ban 1039 H di Makkah dan sekitarnya, yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga menyebabkan air masuk ke dalam Masjid al Haram hingga ketinggian 2 meter dari pegangan pintu Ka'bah. Kemudian, pada 'Ashar keesokan harinya, yaitu hari Kamis, dua sisi tembok bagian asy Syami (sebelah utara) Ka'bah runtuh, dan tertarik juga tembok timur sampai pintu Al Syaami dan tidak sisa kecuali itu dan tiang pintunya. Dari tembok barat tersisa seperenamnya. Dari sisi yang tampak ini, hanya sekitar dua per tiganya saja, serta sebagian atap yang sejajar dengan tembok asy Syami (utara) ikut roboh.

Syaikh Abdullah Al Ghazi Al Hindi Al Makki rahimahullah, seorang pakar sejarah, dia mengatakan dalam kitab tarikhnya, bahwa yang roboh dari sisi asy syami (utara) adalah yang dibangun oleh Al Hajaj bin Yusuf ats Tsaqafiy. Demikian juga, tangga ke atap Ka'bah ikut runtuh. Pernyataan ini sesuai benar dengan kenyataannya. Maka setelah mengadakan musyawarah dengan para ulama Makkah,  Sultan Murad Khan IV memerintahkan pembangunan Ka'bah dan dapat diselesaikan pada bulan Ramadhan 1040 H, sesuai dengan bentuk bangunan  Al Hajaj bin Yusuf ats Tsaqafiy. Pembangunan  Sultan Murad Khan IV  inilah yang terakhir, hingga sekarang ini. (At Tarikhul-Qawim li Makkata wa Baitullah al Karim, 3/126-127.)

Demikian sejarah pembangunan Ka'bah yang disampaikan para ahli sejarah Islam. ka’bah hingga hari ini yang tetap kokoh dan menggetarkan setiap orang yang melihatnya. Mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan dan pengagungan kita terhadap Baitullah, al Haram dan kiblat kaum Muslimin yang agung ini. Wallahu'alam bissawab. Sumber : www.waspada.co.id, www.almanhaj.or.id,


PT ARMINAREKA PERDANA SURABAYA
Penyelenggara Perjalanan Umroh & Haji Plus sejak 1990
Izin Umroh D/146 th 2012 & Izin Haji Plus D/230 th 2012
Kantor Perwakilan Surabaya - Jawa Timur
Divisi Marketing Lima Utama Sukses
Konsorsium Juanda Surabaya
Jl. Semolowaru Elok AL 2
031-7111 3345
www.arminarekajatim.blogspot.com

KANTOR PUSAT PT ARMINAREKA PERDANA
Gedung Menara Salemba Lt.V
Jl.Salemba Raya No.05 Jakarta Pusat 10440
Telp: 021.3984 2982, 3984 2964 
Fax : 021.3984 2985
www.arminarekaperdana.com     

Kisah Royan Bersaudara dan Warisan Terindah Berhaji dari Bapak

Mata Royan Novi Amar (28) menerawang mengenang petuah ayahanda, H Djabir, yang ingin memberangkatkan putra putrinya ke Tanah Suci. Impian mendiang sang ayah kini menjadi nyata.

Royan bersama dua adiknya, Dwi Agustina Royani (26) serta Fajar Royan Santoso (23) akan meninggalkan Tanah Air menuju Arab Saudi pada Selasa 17 September 2013. Ketiganya berasal dari Kebumen, Jawa Tengah, dan tergabung dalam embarkasi Solo (S0C) kelompok terbang 20. Adik Royan, Fajar, bahkan menjadi calon jamaah haji termuda dari kloter 20 embarkasi Solo.

"Orang biasanya mendapat warisan tanah, harta benda, tetapi Bapak memberikan kami jalan untuk kebaikan. Bapak sebelum meninggal dunia tahun 2010, ingin kami menjadi tamu Allah SWT. Ini warisan spesial dari Bapak, Insya Allah," ungkap ayah 1 anak ini di Asrama Haji Donohudan Solo Jawa Tengah, Senin (16/9/2013).

Royan bercerita orang tuanya memberikan 'modal' untuk mendaftarkan mereka berhaji. Modal itu diperoleh sang ayah dari hasil jerih payah selama menjadi Ketua Kloter Haji pada tahun 2008.

"Itu upah dari Kementerian Agama. Kami daftar berhaji Januari 2010 dalam bentuk tabungan haji. Masing-masing diberi Rp 5 juta dan Desember 2010 Bapak tiada. Beliau tidak bisa melihat kebahagiaan ini," ujar Royan dengan suara tercekat menahan haru.
Selanjutnya, kata Royan, orang tuanya lah yang mencicil biaya haji yang masing-masing sekitar Rp 35 juta kurang itu "Kami ingin sebagian amal kita buat Bapak Ibu. Semoga kami menjadi lebih baik lagi," harap Royan.

Seperti jamaah haji lainnya, Royan bersaudara juga ingin beribadah dan memanjatkan doa kepada Sang Khalik. "Saya berharap menjadi haji mabrur dan doa saya dikabulkan sehingga bisa menjadi jalan terbaik Bapak," kata Royan.

Sang adik, Fajar Royan Santoso, juga punya harapan yang sama. "Saya juga ingin skripsi selesai," kata mahasiswa Universitas Diponegoro jurusan psikologi industri ini sambil tersenyum ramah. Demikian pula dengan Dwi Agustina Royani yang berharap sang Bunda Umisri diberi kesehatan dan kebahagiaan. Sumber: www.news.detik.com, Senin, 16  September 2013


PT ARMINAREKA PERDANA SURABAYA
Penyelenggara Perjalanan Umroh & Haji Plus sejak 1990
Izin Umroh D/146 th 2012 & Izin Haji Plus D/230 th 2012
Kantor Perwakilan Surabaya - Jawa Timur
Divisi Marketing Lima Utama Sukses
Konsorsium Juanda Surabaya
Jl. Semolowaru Elok AL 2
031-7111 3345
www.arminarekajatim.blogspot.com

KANTOR PUSAT PT ARMINAREKA PERDANA
Gedung Menara Salemba Lt.V
Jl.Salemba Raya No.05 Jakarta Pusat 10440
Telp: 021.3984 2982, 3984 2964 
Fax : 021.3984 2985
www.arminarekaperdana.com