Daftar Penyelenggara Haji dan Umrah Kementrian Agama RI


HIMBAUAN KEPADA
CALON JAMAAH HAJI dan UMROH INDONESIA

Banyaknya Calon Jamaah Haji dan Umroh GAGAL BERANGKAT disebabkan KBIH dan TRAVEL Bodong (ILEGAL) beserta Terlantarnya Jamaah HAJI NON KUOTA (tidak terdaftar SISKOHAT) di Tanah SUCI karena bujuk rayuan percepatan keberangkatan Haji oleh OKNUM KBIH dan TRAVEL


Agar tidak mengalami NASIB yang serupa

PASTIKAN KBIH & TRAVEL HAJI yang anda pilih TERDAFTAR di KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Berikut Daftar Penyelenggara Haji dan Umrah Resmi Kementrian Agama (klik disini)

Bingung download di Kementrian Agama?? silahkan download di bawah ini



PT ARMINAREKA PERDANA SURABAYA
Penyelenggara Perjalanan Umroh & Haji Plus sejak 1990
Izin Umroh D/142 th 2009 & Izin Haji Plus D/80 th 2009
Kantor Perwakilan Surabaya - Jawa Timur
Divisi Marketing Armina Utama Sukses
 Jl. Semolowaru Elok AL 2 Surabaya
Anisa: 031-7111 3345

Kantor Pusat
PT ARMINAREKA PERDANA 
Gedung Menara Salemba Lt.V
Jl.Salemba Raya No.05 Jakarta Pusat 10440
Telp : 021.3984 2982 , 3984 2964
Fax : 021.3984 2985
Web : www.arminautama.com

Aneka Modus Kejahatan di Tanah Suci yang Harus Diwaspadai

http://www.detiknews.com, Rabu, 12/10/2011 02:01 WIB

Madinah - Masih ada saja orang jahat di pusat ibadah seagung Masjid Nabawi, Madinah. Para penjahat, termasuk yang berasal dari Indonesia sendiri, memiliki sejumlah modus operandi kejahatan yang terus "diperbarui".

Kepala Sektor Khusus Masjid Nabawi bentukan Misi Haji Indonesia di Madinah, Hendra Wirawan, telah mengumpulkan sejumlah modus kejahatan yang terjadi. Hendra ditemui di ruang kerjanya di Elyasa Center, Madinah, Selasa (11/11/2011) pukul 18.00 WIB atau 22.00 WIB.

Penjelasan Hendra perlu disimak oleh para calon jamaah haji Indonesia yang belum berangkat ke Tanah Suci agar nantinya terus waspada. Modus itu adalah:
  1. Tas bawaan ditaruh di ujung sajadah/tempat sujud digondol maling. Kasus ini menimpa seorang jamaah dari Padang. Tasnya berisi 12 juta rupiah dan 1.500 riyal (living cost) serta kamera digital. Tas hilang pada rakaat ketiga. Pada saat yang sama, jamaah yang sedang salat di belakangnya bawaannya juga raib. Muncul kecurigaan pelakunya adalah anak yang berlarian di pelataran masjid. Polisi Saudi yang dilapori segera menangkap sejumlah anak yang berlarian. Tapi setelah dilihat, tidak ada indikasi mereka pelakunya. "Jadi sebaiknya tas tetap menempel di badan, jangan ditaruh," saran Hendra. 
  2. Perempuan bercadar dan berbaju hitam menyamar sebagai polisi wanita, menggeledah jamaah yang hendak masuk masjid. Seorang jamaah perempuan RI kehilangan HP akibat penggeledahan ini. Ada juga yang kehilangan dompet berisi 4.000 riyal karena dipepet orang. 
  3. Modus WNI mengantar jamaah RI tersasar. Setiba di tujuan, mereka minta bayaran. "Ada jamaah yang dimintai 50 riyal (Rp 125 ribu)," katanya. 
  4. Modus menawarkan membeli kambing untuk membayar dam. 
  5. Modus peminta-minta yang mengaku mahasiswa Palestina, meminta sumbangan. "Jamaah kita biasanya mudah iba. Kemarin saya nemui jamaah yang juga memberi sumbangan, kami dekati, kami tanya: Bapak tahu tidak apa yang Bapak lakukan'. Itu untuk memastikan Bapak itu tidak diperas," ujar Hendra.  
  6. Kejahatan riskan terjadi di pasar tumpah, yang berada di gang-gang dan pinggir jalan yang ramai. "Seorang jamaah perempuan yang tasnya nempel di badan, kemarin teriak ada copet. Kami kejar, pelakunya kabur," ujar Hendra.  
  7. Tas disilet saat berdesak-desakan keluar dari Masjid Nabawi usai salat wajib. Seorang jamaah di Sektor I kehilangan dompet akibat modus ini.Modus di atas melengkapi modus yang telah terjadi sebelumnya yaitu pura-pura membantu jamaah tersesat. Di tengah jalan, pelaku merampas uang jamaah dan meninggalkannya begitu saja.
Atas semua insiden itu, Hendra menyarankan agar jamaah tidak banyak membawa uang saat ke masjid. "Bawalah paling banyak 50 riyal," pesan Hendra. Kalaulah membawa uang banyak untuk berbelanja, sebaiknya pergi berombongan sehingga saling menjaga.

Ibadah Haji Gratis Karena Donor Darah

www.detiknews.com, Senin, 10/10/2011 14:58 WIB 
Jakarta - Sudah 30 tahun Sjamsurizal Zaini aktif sebagai pendonor darah. Dalam kurun waktu itu, dia sudah 125 kali mendonorkan darahnya di Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Palembang, Sumatera Selatan. Siapa sangka, aktivitas kemanusiaannya itu mengantarkan Sjamsurizal menuju Tanah Suci untuk berhaji gratis.

Pemkot Palembang-lah yang memfasilitasi kakek satu cucu tersebut untuk pergi berhaji tahun ini. Hal itu merupakan penghargaan bagi pria berusia 57 tahun yang mendedikasikan waktu di separuh usianya untuk kegiatan donor darah secara rutin.

"Alhamdulillah, Pemkot Palembang telah memberikan sumbangsihnya buat saya untuk pergi ke Tanah Suci. Saya tidak pernah berpikir bahwa dengan mendonorkan darah bisa pergi ke Makkah. Sungguh, tujuan utama saya, adalah ingin menolong sesama yang membutuhkan darah kita," ungkap Sjam, begitu sapaan akrabnya.

Tidak semua orang bersedia menjadi pendonor darah. Berbagai macam alasan membuat aktivitas ini tidak menarik bagi sebagian kalangan. Misalnya rasa takut melihat jarum suntik. Tapi bagi Sjam, rasa takut itu dibuang jauh-jauh demi penyelamatan nyawa manusia yang sangat membutuhkan setetes darah.

Bapak dari empat anak ini memulai aktivitasnya menjadi pendonor saat usianya 27 tahun. Kala itu sekitar tahun 1981, istrinya, Laila Utama akan melahirkan anak pertamanya di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sjam melihat adanya perlakukan khusus pagi pendonor darah di rumah sakit tersebut. Sedangkan di sisi lain dia berpikir sang istri yang akan melahirkan anak pertamanya, bisa jadi juga akan membutuhkan darah bila terjadi persalinan yang tidak normal.

"Sejak itu saya berpikir ingin menjadi pendonor darah. Waktu itu kita melihat bagaimana susahnya pihak rumah sakit untuk mencari seseorang yang mau menjadi pendonor. Satu sisi orang yang sakit sangat mengharapkan setetes darah kita untuk menyambung nyawanya," tutur Pak Sjam.

Sebelum menetap di Palembang yang merupakan kampung istrinya, Sjam sempat merantau dari kampung halaman Kota Payakumbuh, di Sumatera Barat (Sumbar) ke Jakarta. Sekitar tahun 1982, Sjam diterima sebagai PNS di Departemen Pertanian di Jakarta dengan bermodalkan ijazah setingkat SLTA. Tak lama setelah menjadi PNS, Sjam pun dipindahtugaskan ke Bumi Sriwajaya, tepatnya di Kota Palembang.

Sjam menyadari, sebagai PNS golongan biasa, dia juga harus menambah penghasilan untuk bisa menyekolahkan keempat anaknya. Istrinya di rumah berbinis kecil-kecilan sebagai pedagang kue basah di pasar tradisional di Palembang.

"Alhamdulillah, dari bisnis kecil-kecilan itu, istri saya dua tahun lalu lebih awal berangkat ke Tanah Suci. Saya baru tahun ini, naik haji diberangkatkan Pemkot Palembang pada kloter 19," kata pria kelahiran 10 Juni 1954 ini.

Di Kota Pempek ini, Sjam tetap melanjutkan kegiatannya sebagai pendoroh darah. Idealnya seorang relawan mendonorkan darahnya sekali dalam tiga bulan. Namun berbeda dengan Sjam yang melakukan donor darah setiap 2 bulan sekali. Ini dimungkinkan karena postur tubuhnya yang besar dan tinggi.

Untuk mendonor darah dalam hitungan 2 bulan tersebut, Sjam tidak perlu melihat kalender. Dia hanya menggunakan feeling. Jika dia merasa badannya kurang enak, maka tandanya dia harus menyumbangkan darahnya.

"Percuma saya ke dokter kalau terasa pusing dan badan terasa sakit. Obatnya hanya satu, harus segera ke PMI untuk mendonorkan darah. Selepas itu, rasanya badan ini ringan kembali, dan enak untuk diajak beraktivitas," kata Sjam yang belum lama meraih sarjana hukum dari Universitas Taman Siswa, Palembang.

Baktinya sebagai pendonor darah yang tercatat 125 kali hingga September 2011 ini, Sjam mendapat penghargaan Satya Lencana Bakti Sosial dari Presiden SBY di Juli 2010 lalu. Kali pertama dalam hidupnya bisa bertemu langsung dengan Presiden SBY di Istana Negara. Penghargaan itu secara langsung diberikan SBY kepadanya di Hotel Sultan Jakarta

Masih di tahun yang sama, Sjam juga menerima penghargaan tertinggi dari PMI di Jakarta. Dia menerima cincin emas yang diberikan langsung oleh Ketua PMI Pusat, Jusuf Kalla. Sjam juga pernah menerima beberapa kali penghargaan berupa sertifikat saat menjadi pendonor darah ke-5 kali, 25 kali, 50 kali dan 100 kali.

Jika dihitung-hitung, selama 125 kali mendonorkan darah, Sjam telah menyumbangkan sekitar 40 liter darah bagi masyarakat yang membutuhkan. Sekalipun usianya sudah 57 tahun dan sudah mendapatkan penghargaan tertinggi dari Presiden RI, namun Sjam tidak akan pernah berhenti mendonorkan darah sampai akhir hayatnya.

"Saya hanya PNS golongan biasa. Hanya lewat darah inilah, saya bisa berbagi ke sesama. Sekalipun saya menerima penghargaan dari pemerintah, itu bukanlah tujuan utama. Tujuan berdonor darah bukanlah mengejar prestasi, melainkan untuk bisa menolang sesama," kata Sjam yang berdarah Minang itu.

Dia juga mengajak masyarakat luas untuk bisa meringankan beban orang yang membutuhkan melalui donor darah. Sebab bagi mereka yang membutuhkan, setetes darah bisa digunakan untuk menolong. Sampai saat ini, Sjam masih selalu diminta pertolongan masyarakat yang membutuhkan darah.

"Kadang kita lagi tidur malam, ada yang menelepon meminta sumbangan darah. Saya tidak pernah menunda hal itu, sepanjang tubuh ini masih memungkinkan untuk diambil darahnya, saya akan tetap berangkat sekali pun tengah malam," ucap Sjam.

Tips Terhindar dari Kejahatan Di Tanah Suci

Calon Haji Diimbau Tak Berlebihan Bawa Uang Saku 
www.detiknews.com Minggu, 09/10/2011 15:27 WIB

Madinah - Qodir (66) hanya terduduk lemas. Pandangan mata calon haji dari Tasikmalaya itu kosong dan tidak mampu menjawab pertanyaan. Musibah yang menimpanya memang cukup berat, uang sakunya senilai Rp 6 juta dirampas 3 orang yang ironisnya juga berasal dari Indonesia.

Kisah Qodir dituturkan oleh ketua rombongannya, Asep Surya, Minggu (9/10/2011) di sela-sela mendampingi Qodir di-BAP di bagian pengamanan Daker Madinah, Arab Saudi. Ceritanya, pada Sabtu (8/10), Qodir terpisah dari rombongan usai salat isya di Masjid Nabawi.

Dia berjalan sendirian sembari bergumam dalam bahasa Sunda, ke mana ini ya jalannya?

Gumaman Qodir disambar oleh saudara sebangsa yang bermaksud jahat. Qodir lantas dibawa ke tempat sepi oleh 3 orang, yang berdalih akan menolong Qodir. Mereka lantas memaksa Qodir menyerahkan uang yang berada di tas selempangnya. Qodir yang terdesak, tidak bisa berbuat apa-apa.

"Pak Qodir kehilangan Rp 4 juta dan uang riyal 896 riyal atau Rp 6 juta lebih," tutur Asep.

Sejak isya hingga subuh, Qodir tidak balik ke penginapannya di Holiday Villa, dekat Masjid Nabawi. Asep sudah berusaha mencari, hingga datang petugas pengamanan haji Indonesia yang membawa Qodir. Setelah ditanya-tanya, Qodir bercerita tentang kejahatan yang menimpanya. Qodir lantas dibawa ke bagian pengamanan Daker Madinah untuk dibuatkan berita acara (BAP).

Untunglah tak semua bekal Qodir hilang. Masih ada uang di saku celananya yang tak dirampas penjahat. Selain itu ketua rombongan juga telah menarik 600 riyal darinya untuk membayar dam dan ongkos ziarah, yang sisanya akan dikembalikan.

Menyikapi kejahatan yang menimpa beberapa jamaah Indonesia, Kadaker Akhmad Jauhari mengeluarkan imbauan.
  1. Pertama, jamaah sebaiknya tidak banyak membawa uang. "Bawalah bekal secukupnya. Kalau khawatir hilang, manfaatkan safety box yang ada di hotel," kata Jauhari di ruang kerjanya, Minggu. Jamaah yang belum berangkat ke Saudi, diharap juga tidak membawa uang saku dalam jumlah besar. "Kalau banyak bawa uang, ditinggal di hotel takut hilang, dibawa ibadah takut dirampas. Jadinya tidak tenang ibadah. Daripada tidak tenang, bawalah bekal secukupnya saja," saran Jauhari. "Paling banyak bawa 50 riyal (Rp 125 ribu)," sarannya. Uang digembok di pemondokan saja. Bila uang hilang di pemondokan, besar kemungkinan akan diganti oleh korporasi pengurus haji Saudi. Kalau membawa uang banyak untuk berbelanja, harus pergi berkelompok. "Jamaah seringkali merasa bila uang menempel di badan, akan selamat. Padahal tidak selalu demikian
  2. Kedua, jamaah jangan pergi sendirian, harus berombongan 4-5 orang. "Karena korban kejahatan seringkali sedang sendirian atau yang kesasar, dan biasanya orang lanjut usia," bebernya. Jamaah yang muda juga diharap bersabar terhadap jamaah sepuh yang mungkin lambat bergerak, sehingga tidak terlepas dari rombongan. 
  3. Selalu membawa kartu hotel. Tulis juga kamarnya. "Banyak jamaah kesasar yang tidak tahu kamarnya, sehingga kami harus mengetuk satu per satu kamar bila mengantar ke hotel," ujar Hendra.
  4. Jangan mudah percaya pada orang yang menawarkan jasa seperti membayarkan dam, badal haji, atau mengantar ke hotel. 
  5. Tas bawaan jangan diselempangkan ke belakang.